suasana hatiku saat ini sedang buruk. 

mengingat apa yang sedang terjadi, ataupun hal yang telah dilakukan orang lain padaku, dimana mereka selalu saja melihatku sebagai tokoh antagonis dalam hidup mereka. biarlah.

aku mencoba baik-baik saja, mencoba menghadapi dengan segala apa yang kubisa. nyatanya, itu semua hanyalah topeng yang kupunya.

dengan banyaknya perasaan bersalah, vertigo yang bersemayam makin dalam, tulang belakang yang sudah rapuh menahan beban tubuhku yang hina. aku sudah cukup merasa, apakah ini sudah waktunya untuk aku berpulang?

ingin ku melarikan diri, tapi tetap saja tertarik kembali. ini kutukan atau karma?

temanku yang aku pilih dengan meninggalkan temanku yang lain, meninggalkanku. ini karma bagiku. 

jika memang bisa kubalikkan waktu ketika aku dalam posisi ini, lebih baik aku meninggalkan semuanya sendiri. 

maka dari itu, sepanjang hidup aku ingin hidup sendiri. aku ingin bisa melakukan apapun sendiri. hingga pada akhirnya meskipun manusia disebut makhluk sosial, jiwanya tetap saja individualis. apalagi aku, yang dikenal dengan sifat keras kepala dan egois.

temanku yang kupilih sekarang sedang dalam proses menuju ke pelaminan, tapi bahkan kabar sekecil debu aku tidak mengetahuinya. aku baru menyadari, ah ternyata aku sudah didepak.

temanku yang kupilih sekarang sedang dalam keegoisan dan sombong yang membuatku muak. aku baru menyadari, apakah dengan dia bersamaku, dia menjadi seseorang yang berubah sedemikian mudahnya.

temanku yang kupilih untuk kuajak berkeluh kesal sekarang menjadi seseorang yang menjengkelkan. aku baru menyadari, aku memiliki masa expired buatnya.

pada akhirnya, aku takut memilih, takut pula ditinggalkan. 

So, 21 Januari 2020. 
Ketika fajar menghilang, kita semua tidak saling mengenal.

Komentar