En dan De

Ga usa basa basi, mari kita sisingkan lengan demi perhelatan akbar ini.

Pertama, perkenalkan tokoh utamanya disini. Sebut saja ia En, salah satu ketua dari salah satu unit kegiatan mahasiswa yang masih berpayung Syariah dan Hukum di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Beberapa hari yang lalu, atau lebih tepatnya seminggu yang lalu, En mengadakan kumpul bersama anggotanya dari sore hingga petang. Dari sekitar lima puluh anggotanya, kurang dari dua puluh anggota hadir di kumpulan itu. Demi menunggu para anggotanya berkumpul, En satu per satu menghisap tembakaunya hingga tercecer kesana kemari sisa putungnya. 

Dikumpulan itu, En sempat menunda dibukanya forum padahal surya menangis minta ganti shift dengan sang rembulan.

Dengan lima orang yang sudah berada di forum, dia menghela napas dan memulai sambutannya, kecewa karena yang diharapkan datang belum juga kelihatan batang hidungnya, justru yang tidak diharapkan datang, malah nongol dan bikin ramai forum. En mau bela siapa?

Akhirnya saat yang diharapkan datang, senyum mengembang di pelipis En. Dia akhirnya menunjuk coordinator untuk menghandle anggota yang jarang atau sukar sekali hadir dalam forum. Hah? Helaw? Iam Here. Atau kita positive thinking saja, mungkin yang tiga puluh anggota yang tak pernah kelihatan baunya mungkin.

Si En mengeluh dan mengadu, minta eval, akhirnya kami satu persatu mengutaran hati dan kebanyakan ga sesuai realita. Orang yang diperlakukan baik, tentu saja bilang enjoy. Nah yang dibuat kepikiran terus, yang bikin hati rada nyesek juga, tapi ya demi menjaga imej, ngomongnya baik-baik ajala ya. Toh moga-moga aja sadar dikemudian hari.

Hingga saat ini (29/4), En kembali menjadi tokoh utama yang menggelikan. Ada sebuah isu tentang Pemilihan Ketua Dema U atau Presiden Mahasiswa di UIN Sunan Ampel dan Kopurwa sebagai KPU sekaligus Banwaslu. Muncul juga berita tentang pemalsuan tanda tangan wakil rektor III di SK Senat Mahasiswa yang membuat Mahasiswa ritjoeh ramai. Ini berita hoax atau cuma pancingan?

Si En mengajak anggotanya untuk mengawasi jalannya Debat Paslon Kedem U besok (30/4), mereka membahas teknik introgasi yang seorang awampun sudah tau. Kesel ga si wkwk. Padahal ga Cuma teknik, tapi insting seorang investigator harus kuat, siapa yang bikin itu? Hanya ada dua jawaban, kalau ga orang yang anti cintah sama birokrasi kampus, atau orang yang setuju sama yang anti cintah birokrasi. Dan kita sudah dapat 1 orang, sebut saja dia De.

De, seorang mahasiswa semester dua yang galak buat bersuara, keren la pokoknya dari segi manapun. Namun, dibalik sosoknya, De penuh dengan kecaman dan ancaman, dan ya itu pasti sekali.

Aku juga ga habis pikir kenapa si De begitu nekad padahal dia masih semester dua yang bisa dibilang tjoepoeh dikalangan kampus. Oke, dari pengetahuanku, si De ini memang hidup di lingkungan yang tak damai. 

Keluarganya hampir rata berpolitik, sudah seharusnya De memiliki pemikiran yang begitu.
Namun hal yang sangat disayangkan dari De, dia tak punya moral untuk sedikit saja menghargai orang lain. Dia melihat dari satu pandang dan menyampingkan pandangan lain, dan mengukuhkan pandangannya terhadap satu hal yang dianggapnya adalah dewa.

Apa yang salah? Siapa yang salah?

Kebebasan berpendapat adalah pondasi negeri ini. Mari bersuara!

[Catatan ini ditulis saat sedang kesal pada tanggal 29 April 2018. Jujur saja, di tahun 2020 ini aku lupa dengan sosok De, seriusan, dia siapa yak?]

Komentar