1.5

DAY 13

Maklumlah sudah sekitar 5 hari ini aku baru menuliskan ini. Tubuhku masih lemas. Obat yang menahan demamku hanya bekerja setiap 5 jam. Itupun jika suhuku turun, aku pasti berkeringat dingin dan kepalaku mulai pusing. Aku menggunakan obat yang sama itu sekitar hampir 3 hari tapi tidak ada perkembangan. Obat itu hanya menahan bukan menyembuhkan.

Sabtu, 26 November seharusnya menjadi rencana untuk foto album kenangan. Tapi orangtuaku memintaku untuk tetap istirahat karena kondisiku yang masih lemah. Tidak mungkin saat jauh kesana tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit. Akhirnya aku mengambil dispensasi dan pulang. Saat pulang pun aku disambut ibu dengan kasih sayang. Tidak usah dipikirkan, pikirkan kondisimu dahulu, ucap Ibu yang kuingat sebelum aku tertidur.

Sekitar sejam setelah aku tertidur lelap, telpon berbunyi nyaring. Teman-teman serta fotografer membujuk supaya tetap ikut saja. Sayang ntar foto 3 tahun sekali buat kenang-kenangan gak ada di album, begitu kata mereka. Tapi aku uda ikhlas, aku relakan demi kesehatanku agar pulih kembali. Tapi aku dipaksa ikut, diantar pulang cepat, dibujuk dan akhirnya hati kecilku ingin. Aku loncat dari kasur, mencuci rambut dan wajahku, sikat gigi dengan pantangan tidak boleh mandi.

Jam 1 lewat, tidak ada kabar. Jam 2, anak-anak di grup mulai ramai perjalanan kesana. Jam 5, mereka sudah upload foto di instagram. Sakit hati sih iya. Tapi mau bagaimana lagi, yasudahlah. Aku menangis di bantal sampai ketahuan ibuku. Ibuku hanya mengelus punggungku menenangkan. Akhirnya aku tabah, aku makan dan minum obat seperti biasanya.

Apa boleh buat? Sudah terjadi. Aku mencoba berkumpul bersama keluargaku. Aku sadar, hal yang paling terbesar dan berharga dalam hidup bukan persahabatan tapi keluarga.

Hari minggunya aku tetap beristirahat seperti biasa. Menjalani hari seperti biasa. Sakit seperti biasa. Minum obat seperti biasa. Dan aku mencoba mematikan dan menyimpan ponselku ke laci. Aku tidak ingin menghadapi pengemis simpati lagi. Simpati mereka padaku lebih dari menjijikan dan aku terlihat menyedihkan. Dan aku benci itu.

Hari senin aku mulai muak. Aku memutuskan berobat ke orang lain lagi, tepatnya mantri desa. Ini sudah 2 hari dan aku sudah hampir sembuh seperti semula meski jika aku melakukan sesuatu yang berat, keringat dingin langsung bercucuran. Jika kondisiku membaik, hari rabu mungkin aku akan sekolah menghadapi para simpati menjijikan dan pelajaran yang membosankan dan pelajaran yang seminggu lalu aku tinggalkan.

Tabahlah!

Komentar