1.4

DAY 8
Apa yang aku khawatirkan akhirnya terjadi. Sudah beberapa hari aku mengalami demam, pusing, mual. Kurasa, aku harus di opname. Tapi tentu saja aku menolaknya dan memilih rawat jalan.

Hari Rabu ternyata ada foto album lagi. Meski teman sekelas tidak menyetujuinya karena tidak lengkap alias banyak yang tidak masuk, mereka tetap foto. Hari Rabu juga seharusnya rencana Dß untuk belanja bareng, belanja pakaian untuk foto tahunan maksudnya. Tapi tentu saja, dengan kondisiku yang tidak memungkinkan, aku tidak bisa ikut dengan mereka.

Hari Kamis ini, aku merasa masih lemah. Demamku makin hari makin naik, aku takut aku terkena Demam Berdarah juga. Tapi kulitku masih sehat dan tidak ada bintik-bintik merah. Kamis ini juga, aku nekat untuk sekolah. Alhasil aku hanya tidur di UKS dari jam 7 lebih hingga jam 12 siang. Akhirnya, aku disuruh pulang. Berantakan pula rencanaku untuk mengikuti simulasi UNBK dan rencana untuk membeli baju bersama ayah. Wew, thats cruel.

Sekitar jam 3 sore, akhirnya aku menemukan kalau obat yang aku konsumsi 2 hari yang lalu ternyata bukan pereda demam. Wew, thats double cruel. Akhirnya aku langsung dilarikan ke puskesmas wonoayu. Bukan apa-apa, kurasa suasana puskesmas benar-benar ramai dan yang ramai itu dokter dan susternya. Ya ampuun, pelayanan macam apa ini! Coba bayangkan, ada pasien sakit kepala dan mereka teriak-teriak dengan tidak berdosa. Damn!

Suhuku akhirnya mencapai 38°C lagi. Tergolong panas dan akhirnya diberi obat. Biaya untuk pemeriksaan yang hanya tensi dan termometer 15 ribu boooookkkk. Seriously? Aku aja bolak balik UKS sekolah buat ngecek tensi gratis brooo. Tapi untungnya biaya obatnya gratiss tisss. Dokter yang menangani aku juga ramah, cuman dokter yang satunya ceriwis abiiss. Pengen gua jotos sekalian mukanya. Aduh, astaghfirullah, sabarrr.

Gak lama kemudian, dokter nyamperin aku yang tergelung lemas di UGD. Katanya, kalau sampai besok pagi demamku gak turun, aku harus cek darah. LAGIIII?????? God!!! Damn!!! Shittt!!!!

Bukan apa-apa. Itu darah loh. Darah! Dan gua paling gak suka ditusuk sama jarum dan keluarganya. Semoga malam ini ada keajaiban.

Dan, aku merasa menyesal tentang sekolah tadi. Aku mencoba diam dan berpikir positif tapi sama saja. Kata-kata tiga malaikat pencabut nyawa yang busuk dan terbuang selalu terngiang. Sakit. Sakit hati. Saat mengingatnya, suhu tubuhku kian meningkat saja. Aku ingin melupakan mereka. Atau aku ingin melenyapkan mereka saja.

Tidak dipungkiri, aku merasa jenuh dengan kehidupan ini. Aku ingin bebas. Aku ingin apa yang aku inginkan terwujud. Aku ingin, semua yang aku lakukan adalah benar dan tak pernah menyesalinya. Aku ingin, dan hanya ingin.

Tuhan, Sembuhkanlah aku dan rasa-rasa dalam hatiku. Jangan pernah sedikitpun hatiku merada pedih jika mengingatnya. Jika memang pedih, biarkanlah semua kepedihan itu merupakan pelajaran bagiku. Ya Allah, Ya Rabb, tuntunlah aku. Jangan pernah malas menghinggapiku. Jangan pernah ketidakfahaman menguasai otakku. Aku tidak ingin merasa seperti itu.

Ya Allah, berikanlah jalan yang indah.

Aku tidak bisa mengetik lebih banyak lagi, kurasa memang cukup sampai disini.

Komentar