1.1

DAY 1

Pernahkah kau merasakan sesuatu seperti tidak diinginkan. Pertanyaannya, mengapa kau hidup? Apa ini memang benar-benar tidak berarti atau hanya sebuah cobaan dalam hidup?

Aku rasa tidak. Ini ‘takdir’, takdir yang semua orang ingin menjauhi atau memang tidak ingin melakukannya. Takdir yang satupun orang tidak menginginkannya. Apa boleh buat? Aku hanya aku. Dan hanya sejauh itu aku mengerti. Aku tidak menarik, aku tidak terkenal, aku hanya seorang gadis yang ‘mungkin’ demensia. IQ menurun, pemahaman rendah. Aku tahu apa yang aku lakukan tapi aku tidak dapat mengingatnya. Gejala Alzheimer? Mungkin. Memang terlalu muda aku jika mempunyai penyakit seperti itu. Tapi bagaimanapun juga, aku sudah terlalu bodoh. Tidak bisa memahami ucapan seseorang, membuat jengkel orang yang berbicara padaku, membuat orang-orang yang tidak mengenalku dengan baik berpikir aku ini hanya sampah, aneh, terbuang, terisolasikan.

Terkadang, aku takut pada diriku sendiri. Aku takut tidak bisa menjadi seseorang yang diinginkan dan akhirnya aku terbuang. Aku takut ada yang lebih daripada aku. Aku takut dunia melahapku saat aku tidak berguna dalam drama ini. Aku tahu, aku berpikir, aku memahami, aku melupakannya. Aku akan melupakan segalanya dan pergi entah jauh kemana. Bebas tanpa gangguan, tidak ada tuntutan, tercukupi segalanya, tidak diperhatikan, tidak dihiraukan, hilang, tak ada yang mencari, tak ada yang merasa kehilangan.

Aku merasa buruk hari ini. Ketika aku mengetikkan huruf demi huruf yang tertata dalam kertas putih yang aku nodai ini, aku berharap aku masuk kedalamnya. Memulai petualangan yang antah berantah tanpa memikirkan masalah sosial ini. Aku.. Hanya ingin.. Pergi.

Aku merasa tidak dihiraukan atau memang tidak ada yang menghiraukan aku. Aku merasa hidup diantara robot tidak berjiwa, tidak berperasaan, tidak mempunyai kasih sayang. I hate my fuckin prnts. Aku hancur tanpa seseorang yang ada disampingku. Aku hancur saat aku benar-benar tidak disayangi. Aku.. Benar-benar... Sendiri.

Seseorang yang kukenal mungkin saja tidak mau mengenalku saat hidupku benar-benar menyedihkan. Aku seperti dibuang orangtuaku, aku tidak disukai siapa-siapa, aku tidak mempunyai teman apalagi sahabat. Ironis, menyedihkan, kesengsaraan. Aku diperlakukan seperti binatang. Diberi makan, diberi uang saku. Tidak ada kasih sayang, tidak ada mengingatkan, tidak ada teguran, tidak ada. Aku pulang malam pun tidak ditanya, aku berlaku sesukaku mereka membiarkan, mungkin saat aku mati tidak ada yang peduli. Aku.. Ingin.. Mati.

Aku merasa sakit. Kepala terasa berat dan pusing akhir-akhir ini. Daun telingaku terdapat benjolan merah. Sekali disentuh, nyeri, pedih, panas, kepalaku pusing, aku menangis, berharap mati. Aku takut dokter, darah, jarum, dan sejenisnya. Aku merasa mual saat dirumah sakit. Anemiaku yang masih ringan bisa saja memburuk. Dan aku baru saja menemukan sesuatu yang aneh. Daun telingaku, bisa saja kanker, bisa saja tumpukan kista. Aku berharap, waktuku tidak lama lagi. Apa ini caranya agar aku menghargai setiap nafasku? Apa ini caranya menghargai hidup yang memang benar-benar tidak berarti?

Seberapa hinanya aku. Sempat aku ingin menenggak beberapa butir penenang. Bukan beberapa, semuanya. Overdosis. Mati. Tidak, aku tidak ingin mati seperti itu, itu.. Tidak.. Keren.

Apa kau tahu, aku pernah berniat membunuh temanku. Ya,teman! Aku ingin dia mati saja. Dia tidak berguna. Mulut berbisa tidak bisa diatur. Dia, BAJINGAN.

Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh. TUJUH MALAIKAT BAJINGAN BERENGSEK.

Satu, dua, tiga. MAKHLUK TERBUANG TIDAK BERGUNA.

Percuma aku memaki, percuma aku berkata, menulis, membaca, melihat, mendengar sesuatu tentang mereka. Aku hanya ingin mereka pergi, hilang.

Aku hanya perlu mematik api, membakarnya, membuangnya.

Argh! Aku merasa buruk.

Dimana sisi manusiaku?

Aku? Manusia? Benarkah?

Aku tidak merasa seperti manusia. Aku hanya robot, seperti kebanyakan. Aku tidak ingin punya ekspresi, aku tidak ingin punya perasaan, aku tidak ingin merasa seperti manusia. Manusia yang membunuh manusia lain? Hinanya.

Sebenarnya aku hanya ingin hidup biasa. Penuh petualangan seperti keinginanku. Seperti novel dan komik. Aku tidak ingin lari dari kenyataan tapi aku tidak bisa menghadapi kenyataan. Kenyataan bahwa aku m a n u s i a.

Bisakah aku mati sekarang dan reinkarnasi menjadi seseorang yang lebih berguna dari ini?

Jika itu memang bisa, aku akan mencobanya.

Komentar