1.2

Entah aku sebaiknya senang atau bagaimana. Aku tidak bisa memutuskannya. Antara aku lega karena i love my fckn prnts again apa yang lain.

Sejenak aku sadar, keputusanku memang sudah bulat hari demi hari. Kawan, aku benar-benar ingin hilang. Aku tidak ingin mengenal siapapun. Aku ingin melupakan kalian semua. Lebih baik, kedepan kita tidak bertemu lagi. Sebelum itu, aku meminta maaf sebanyak-banyaknya. Aku berterimakasih melimpah. Kalian benar-benar membuat hidupku berwarna dan aku tidak suka itu.

Tapi lihat saja nantinya. Jika aku tidak lulus SNMPTN, aku mencoba SBMPTN, jika tidak aku mencoba PMDK atau STAN. Jika memang akhirnya otakku tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya, aku mungkin ada di Malang atau Jogja. Aku ingin belajar hukum meski dengan keterbatasan pemahaman. Bagaimanapun, aku ingin hidup sendiri dan tidak ada yang mengganggu.

Jika aku lolos di SNMPTN, aku akan tetap dengan berat hati menghadapi ancaman maut ini. Tidak! Bukan berat hati, tapi pasrah. Aku sebenarnya masih ingin melanjutkan hidup ini bersama kalian. Tapi mungkin ini kesempatan yang terlalu berharga untuk hilang.

Aku akan membujuk ayah dan ibuku agar tinggal di Malang bagaimanapun caranya. Apa aku kuliah di Negeri atau Swasta. Aku harus tinggal di Malang ataupun Jogja, itu impianku dari kecil. Dan juga, aku ingin memiliki perkebunan luas yang hijau dan menyenangkan. Perkebunan berbagai macam buah. Perkebunan dimana aku menemukan awalnya hidup.

Tapi...

Bayangkan, seseorang yang smp lulusan swasta masuk ke sma negeri merupakan keberuntungan. Kata orang aku harus masuk PTN karena aku dari Negeri. Masa lulusan negeri masuk ke swasta lagi? Aku malu. Aku tertekan. aku banyak pikiran.

Kenapa aku selalu ikut campur? Kenapa aku tidak bisa menjadi diriku 3 tahun yang lalu? Tidak peduli. Acuh. Untuk apa mengurusi. Kenapa aku selalu ikut campur? Aku tidak mau. Aku ingin tidak peduli. Bisakah?

B U K U T A H U N A N

L N D R

M L R N

GEOGRAFI

EKONOMI

SOSIOGI

Otakku mulai pening. Aku, saat mencoba latihan soal saja mata serasa berat, kepala berdenyut tidak karuan. Aku menangis, yang selalu aku lakukan. Meraung, membenamkan kepala ke bantal, terus berteriak, meraung, menangis tanpa henti. Aku, benar-benar tidak ingin hidup.

Aku sadar, aku tidak seperti dahulu. Aku sekarang, bodoh, tidak punya pendirian, jarang mengerti, susah memahami sesuatu. Aku lebih hina dari binatang. Aku, manusia mempunyai otak namun otakku tidak berjalan sepenuhnya.

Aku pusing. Membenamkan diri lagi. Berharap waktu berjalan mundur.

Komentar