3 Ijazah Syudah di Tangan

Ketika aku membuka tumpukan ijazah di lemari yang berdebu, aku sadar telah menempuh jalan yang sangat panjang. Aku sadar sudah cukup usia untuk bekerja atau menikah sekarang. Aku sudah mempunyai KTP dan SIMku sendiri. Sudah mengumpulkan ijazah merah, biru, dan abu-abu dengan nilai tak pernah ada angka 7.
Tapi ketika aku ingin melamar pekerjaan, aku berpikir apa yang bisa aku lakukan? Apa aku bisa bekerja? Apa aku termasuk manusia produktif?

Kemudian aku sadar, demi mendapatkan kerja yang layak dan mapan mengharuskan aku untuk menjadi seorang sarjana. Cita-cita yang terbesit pertama di hati adalah guru. Daripada dokter atau yang lainnya aku ingin menjadi guru biologi atau sejarah, full teori tapi aku suka.

Selama aku menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN 04 Krian, aku tidak terlalu menonjol, tidak terlalu pintar juga. Paling tinggi, aku hanya bisa meraih peringkat 7. Dan ketika aku lulus hanya mendapatkan NEM 27,20. Terlalu sedikit untuk masuk SMP Negeri 1 di Krian atau Wonoayu. Karena kebanyakan NEMnya 28,..+

Akhirnya aku masuk ke SMP Swasta, SMP Al-Islam Krian. Yahh tidak terlalu memalukan dibuang dari sekolah dasar favorit itu. Di SMP itu aku selalu mengukir prestasi dan mendapatkan peringkat 1 di kelas. Karena itu, aku mendapatkan hadiah belajar diKampung Inggris, Pare Kediri selama seminggu. Coba klik ini

[Sofiyah shared adalah blog pertamaku. Aku tidak bisa login ke gmailnya juga. Jadi, yahh begitulah]

Di SMP itu, aku mendapatkan NEM 33,95 tidak terlalu memuaskan ditingkatan anak Negeri tapi terbaik ke 4 di sekolah.

Waktu aku mendapatkan NEM segitu, aku tidak berpikir akan lolos di SMA Negeri. Masih ingat aku pulang sekolah langsung peluk ibu sambil nangis. Tahajud dilama-lamain, berdoa sampai mata sembab. Sampai akhirnya ibuku bilang tes aja di SMA Negeri 1 Krian, salah satu sekolah favorit yang muridnya rata-rata dari SMP Negeri 1 Krian.

Aku masih ingat waktu pendaftaran, aku dihina, dimaki karena dari SMP Swasta sampai ibuku nangis dirumah. Waktu tes pun aku tidak enak badan, aku mengerjakan tes sambil mengenakan jaket (jaket ini sudah sobek karena kecelakaan 101015 apalagi campur sama bau aspal dan darah akhirnya dibuang) kalau tidak salah penjaganya Bu Jumiati, guru Ppkn kelas 12ku. Dan karena tesnya 4 hari, aku pakai baju putih biru yang bet dadanya bukan bet osis. Karena aku berkerudung, aku memanjangkan kerudung supaya menutupi bet dada dan lenganku. Aku takut dihina lagi, itu sakit, sakit sekali.

Kemudian berlanjut hari rabu, semua mengenakan seragam batik sidoarjo, batik anak negeri. Sedangkan batikku kotak-kotak, akhirnya aku pakai lagi baju putih biru, tentu saja atasannya aku ganti. Saat tes aku kesepian. Teman-teman se sekolahku ada di ruang terakhir, aku ruang 4. Yang bisa aku lakukan hanya belajar di ruangan, makan siang di ruangan (aku bawa bekal roti dan minum), tidak pergi ke kantin atau kopsis, atau uks karena posisinya aku sudah sakit demam agak parah. Aku cuma minum obat dari rumah. Aku kuatin biar bisa menjalani tes yang tersisa. Ohiya, aku dari kecil tidak pernah les atau bimbel. Aku hanya belajar dari internet dan buku-buku teman. Jadi aku tidak tahu tes ini bagaimana tapi Alhamdulillah tesnya hampir sama seperti UN dan pelajaran di SMP sangat berarti.
Begitu pulang ke rumah, aku langsung drop dan dibawa ke puskesmas terdekat. 

Tiba-tiba pengumuman, yahh aku tidak terlalu berharap karena aku yakin nanti juga akhirnya ke swasta. Sekitar jam 2 siang, aku di sms temanku yang ke sekolah itu untuk melihat pengumuman, katanya aku lolos. Aku biasa aja, ga percaya. Tapi lama-lama aku penasaran. Aku buka webnya, kuunduh file pengumuman dan ternyata NAMAKU ADA DI SITU. Aku nangisss beneran nangis sampai dikira ayah ga masuk dan ibu peluk aku.

"Yahh, namaku ada", kataku sambil sesenggukan

Ayah tiba-tiba sumringah wajahnya. Bahagiaaa banget. Ibu bilang Alhamdulillah terus sambil ikut nangis. Aku suka lihat ayah dan ibuku bahagia. Terimakasih ya Allah❤

3 tahun di SMA itu penuh dengan hal yang aneh. Tidak seperti di SMPku. Aku merasa aneh dan sulit beradaptasi apalagi dengan lingkungan yang begitu. Ada macam-macam geng, mungkin jika kau membaca tulisanku sebelum ini, kau akan tahu seperti apa itu.

Aku lulus camlaude hehe (membangggakan diri) meski gadapat selempang siswa terbaik, semoga aku selalu diingat. Aku lulus dengan nilai rapor yang luar biasa dan nilai un yang hancur berat. Setidaknya ijazah tidak mencantumkan nilai un.

Dari SMA itu, akhirnya aku menetapkan diri melanjutkan sekolah di UIN Sunan Ampel Surabaya jurusan Hukum Keluarga Islam. You know, ngurusin rumah tangga orang wkwk
Aku bersyukur ditempatkan dalam kondisi apapun. Alhamdulillah. Allah masih menolong dan menyayangiku, membuatkanku cerita hidup yang berwarna❤

Komentar