bad habbit

aku sudah pernah confess ke orang lain, jadi aku engga mau mengulang lagi. tapi ya mau gimana, mentalku drop lagi.

beberapa tahun ini aku memang suka menulis, dulu sih bukan karena aku hobi, karena ada sesuatu yang membuatku harus membuat diary, serinci dan sedetail mungkin, bahkan tentang perasaan dan pikiranku. 

dan karena terapi itu pula, aku jadi lebih suka membenci lewat tulisan, menyukai lewat tulisan, dendam lewat tulisan, dan juga drop lewat tulisan.

sebelumnya jika moodku seperti ini, saat ini tepatnya, dimana segala hal engga sesuai dengan yang aku harapkan--yang aku pikirkan, aku menghela napas panjang. duduk di pojok kamar, sambil mengetik seperti ini.

mungkin karena aku lagi datang bulan, moodku jadi lebih berantakan. padahal aku uda mencoba buat diam seperti biasa, tertawa seperti biasa, bergurau seperti biasa.

tapi selalu ada fase aku pengen menyendiri. aku gamau diganggu siapapun. aku gamau ketemu manusia satupun.

aku berantem dengan semuanya. mungkin ada perasaan menyesal, tentu saja. tapi egoku terlalu tinggi untuk menyerah.

tapi hati dari dulu selalu pengen menaikkan bendera putih. capek sama hidup, capek sama semuanya. tapi biasa aku tepis dengan tidur awal. berharap semesta memberiku mimpi yang lebih indah daripada yang aku hadapi hari ini.

toh cerita sama orang lain juga bingung mau cerita sama siapa. tanggapannya ya gitu aja, engga ada beda sama yang lainnya.

aku tahu obatku cuma satu, pelukan. bahkan di hari penuaan pun aku tidak menemukan pelukan yang tepat.

aku hanya ingin itu. seumur hidupku, aku hanya ingin dipeluk. tanpa suara, hanya suara isakan. dengan kamu yang menepuk punggungku pelan.

🥀

Komentar