Ayah💕

dulu sih pas waktu masih kanak, aku pernah nangis ke ayah gabisa selesaiin soal tentang phythagoras. kalo bayangan kalian ayahku bakal meluk sambil ngajarin aku dengan sabar, itu hal yang sangat salah. ayah malah membentakku, menjelekkanku karena pelajaran yang begini saja tidak bisa, bagaimana aku bakal mengejar cita-cita yang gembira kuceritakan pada kalangan massa.

aku yang waktu itu masih kecil, ketika dibentak ayah ya diam. tapi kemudian ayah dengan tegas mengajariku cara menyelesaikan soal itu. saat aku sudah mahir, aku tiba-tiba tertawa. "ah gampang juga", teriakku sambil mengangkat kedua belah tanganku ke udara. ayah tertawa dan mengelus kepalaku dengan lembut.

pernah aku nangis karena buku diaryku hilang, didepan ayah. "cewe gaboleh lemah! masa kehilangan buku aja nangis", bentak ayah sambil menyeretku ke meja belajar. "ini banyak buku, tinggal tulis dibuku lain kan bisa", sambungnya sambil nunjuk-nunjuk buku sampul bergambar wortel yang ternyata atlas.

aku tahu, buku diary itu berbeda dengan buku kebanyakan. karena dibentak, aku akhirnya diam sambil minum segelas air putih yang dibawakan ibu dengan senggukan.

besoknya, buku merah bergambar kucing dan bergembok pelangi ada dimeja belajarku. saat itu, girangnya bukan main aku. aku langsung lari peluk ayah sambil bilang, "makasih yah"

ayah mencium keningku dan memelukku.

semenjak saat itu, aku ga pernah nangis sedih dihadapan ayah. daripada nangis dihadapannya, mending aku nangis didepan kertas kosong, atau sekedar mencoreti buku diary, atau membakar foto-foto orang yang membuat sakit hati.

didikan ayah yang keras menyadarkanku, aku harus tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, berhati kuat, tidak mudah menyerah. karena pada akhirnya, dari segala hadiah yang ada. aku bersyukur masih bisa melihat senyum ayah.

aku sayang ayah.

selamanya.


[tulisan ini diketik sambil nangis pada 12 Oktober 2018, saat ulang tahun ayah yang ke-40]

Komentar