dont look back in anger, soo

Hai lagi, setelah sekian lama tidak mencurahkan apa yang berada di kepala kecilku yang tak bisa dimuat di media manapun kecuali disini.


ada banyak yang terjadi, kau tahu.

ada banyak sekali hal yang ingin kuceritakan.

tapi mungkin saat ini bukan waktu yang tepat untukku memaparkan semuanya.

dimulai dari titik nol dulu ya, ...

sejujurnya engga ada yang berubah dari hidupku yang penuh dengan sambatan dan tangisan dibalut dengan senyuman dan tertawa yang terkadang terlihat terpaksa. volume tinggi yang membuatku nyaman untuk berteriak hanya sebagai penghantar emosi yang selalu bergejolak tak tahu diri.

alunan sendu dan beberapa hal yang membuatku di titik ini, titik yang tak bisa kugapai apa-apa saja yang ingin aku lakukan karena terbatas pada batas-batas semesta yang berusaha mengutukku untuk berdiam diri terpasung dalam kesunyian ini.

hingga dipenghujung tahun ini, kenapa harus selalu dingin ketika kututup catatan ini.

hatiku seakan meraung berharap untuk diselamatkan, jauh dalam dasar samudra yang menggenang, seolah menarikku untuk terjun lagi ke dalam hingga paru-paru tak mampu untuk menahan tekanan, pada akhirnya membuatku tenggelam dalam lamunan. 

beranjak dewasa seperti ini rasanya.

menua itu begini rasanya.

dont look back in anger, soo

semua tidak akan baik-baik saja jika kau terus memikirkan hal yang membuatmu buruk. semua tidak akan menjadi kebahagiaan jika yang selalu kau pikirkan adalah kesedihan. tidak akan ada keramaian jika kau tetap murung diantara gelak tawa.

november rain. tentu saja. aku tak menyalahkanmu yang berusaha meneliti apa pencapaianmu dalam setahun ini hingga cepat sekali untuk mengucapkan selamat tinggal.

kau selalu berharap untuk menyelesaikan semuanya sendiri, bukan?

sepertinya kau tidak bisa, soo. kau tidak bisa sendirian.

semuanya mencoba membunuh, dan tetap tidak ada payung yang dapat menyelamatkanmu dari hujan, atau rumah yang bisa melindungimu dari badai.

tetap kuatkan hatimu, tetap keraskan harimu, untuk dunia yang sedang bersikap kejam padamu.

tetaplah tersenyum, tetaplah menjadi seperti yang kau inginkan. untuk apa berlaku seperti orang lain jika semisal seseorang itu tak bisa menjadi teladan untuk dirinya sendiri.

diamlah jika kau tidak diajak untuk bicara, karena mulutmu terkadang tidak bisa mengerti batasan. senyumlah kepada yang tersenyum padamu pertama kali. diamlah meskipun banyak yang harus kau katakan, karena orang lain tak bisa menampung pikiranmu, itu hanya angin lalu yang tak ingin mereka tangkap.

diamlah seolah kamu emas.

semakin sedikit orang tahu, semakin kamu aman, bukan?

secara mental, khususnya.

kau tidak ingin mengulang lagi untuk kedua kalinya, bukan? kau sudah sejauh ini, jangan munculkan hal yang sudah di masa lalu.


kau bisa, soo

November 17th, 2022


Komentar