untuk Arun

hai, ...
sudah hampir empat tahun ya.

aku bahkan tak pernah tahu kabarmu semenjak hari itu. surat yang kukirimkan padamu tiap hari ulang tahunmu saja aku tak pernah tahu kabarnya. apakah dia sampai untuk kau baca, ataukah masuk tempat sampah.

kau tahu, aku selalu menunggu kabar darimu. tapi nyatanya hingga saat ini tak ada tanda keberadaanmu.

aku mulai putus asa. semenjak tahun kemarin aku berhenti mengirim surat padamu.

tapi novel yang kubuat waktu itu selalu saja menghantuiku. apa mungkin karakter yang berada di dalamnya adalah dirimu yang kudambakan untuk bertemu. ah bukan, aku berhenti di bab ke sebelas. dimana hal itu adalah bab aku bertemu denganmu. 

novel itu tak pernah selesai. entah karena aku malas melanjutkan, atau memang novel itu tak layak untuk dilanjutkan. tak ada ide, bahkan semangat.

aku pun tidak tahu pasti kapan aku menyelesaikan novel itu. segala karakter yang berada di dalamnya adalah interpretasiku terhadap dunia maya, kehidupanku di dunia maya. sedangkan dunia itu sudah lama aku tinggalkan. aku rindu untuk pulang, tapi aku tak bisa pulang ke kehidupan itu karena semuanya sudah berubah. semuanya sudah saling tak mengenal. dan sudah terlalu banyak hal baru disana yang tak bisa dimengerti orang lama seperti aku.

aku merindukanmu, kau tahu.

sangat.

tapi aku tahu tak bisa berharap lebih padamu untuk bercengkerama lagi denganku. tentang hal-hal kosong, tabu, bahkan tidak penting.

umur kita menua ya?
apakah studimu lancar disana?
apakah kau masih bergelut dengan skripsi ataukah sudah wisuda tahun ini?

aku sekarang sudah semester 6. aku lagi melaksanakan KKN tapi tidak seperti yang lainnya. KKNku lebih ke bidang literasi loh. Iya, aku selalu saja berputar dalam lingkaranku.

banyak temanku yang meninggalkan aku, dan banyak juga temanku yang kutinggalkan demi kebaikan diriku.

temanku semakin sedikit. kepercayaanku makin tipis. 

aku sering berdiam diri di kamar atau tempat sepi hanya sekedar untuk menghela napas panjang dan menangis. aku tidak sedih, aku hanya ingin menangis. seperti hujan yang tidak sedih tapi dia selalu menitikkan air.

umurku menua, dan aku belum punya satu gambaran pun tentang indahnya dunia yang kutempati.

umurku menua, dan aku tidak akan pernah bertemu denganmu, bahkan untuk sekali saja.

bahkan surat yang kuketik ini apakah kau baca atau tidak juga aku tidak tahu. apakah kau masih ingat dengan blog ini juga aku tidak tahu.

ya~ semoga kau selalu baik-baik saja disana. amin.


dariku,
merri (meredith)

Komentar