9 to 17 on 2019.

day 9
aku bermimpi tentang dia yang semalam membuka obrolan sedikit hangat. tidak seperti biasanya. dia kekeuh banget pengen dipanggil mas. jadi kita panggil dia mas saja.
aku bermimpi mas tidur dikamarku. meskipun dengan keadaan kamarku yang jelek dan berantakan. saat dia tidur, aku duduk dan menyenderkan daguku dilipatan tangan yang kusandarkan di kasur. kulihat dia saat tidur dengan pulas. menikmati wajah asli lampung mas yang rupawan. mendinginkan hati dan pikiran yang sedari terjaga. sayangnya, itu semua hanya mimpi.
saat bangun pun, aku menyadari, ini mimpi yang gila sekaligus mengasyikkan.
aku benci namun ingin lagi.

day 10
bibirku bergetar, gigiku gemeretak, air mataku tak sengaja mulai deras mengalir. aku tahu apa yang kukatakan sekarang tidak akan berpengaruh pada orang yang terlalu kekeuh dengan pendiriannya yang salah.
mencoba meluruskan tiang yang bengkok justru lebih susah daripada membengkokannya sendiri.
aku tahu, aku juga tidak menanggapinya secara baik dan cenderung menaruh emosi pribadi. iya aku juga salah, dan aku menyesalinya.
sekarang? ketika sudah tidak ada lagi kata-kata yang terucap, kita saling membalikkan badan tanpa perduli apapun dan siapapun.
sekarang? aku harus bagaimana?

day 11
cerita dimulai dari sejak senyuman yang baru kudapatkan selama lebih dari sembilan tahun lamanya.
kau tahu rasanya bagaimana? canggung sekali.
mulai dari celotehan recehnya, dari raut wajahnya, suaranya, semuanya, aku menyukainya hingga saat ini.
tak bisa kupungkiri, aku masih jatuh cinta berkali-kali padanya. degung kencang yang menbuat napasku meronta seakan menjadi hal yang ingin berkali-kali kurasa.
Tuhan, jagalah dia untukku. karena aku sekarang tidak bisa menjaganya lagi.

day 12
sebagai seorang lelaki, barang tentu berbuat baik kepada seorang wanita adalah bentuk dari tanggung jawabnya seorang lelaki. dan ya, tentu saja dia akan begitu kepada semua wanita.
hanya kau saja yang sok peka, dan berharap bercandaan teman lainnya bisa membangkitkan suasana, ah tidak juga.
dia masih akan menganggapmu sebagai teman. bahkan bukan sahabat dekat. hanya teman. jadi, bersikaplah dengan baik pada teman.

day 14
sebenarnya aku masih bingung, ini aku yang membatasi diri dan bertindak sewenang-wenang ataukah aku hanya terbawa suasana dan mereka berubah.
aku sekarang ini bingung, mereka sudah tidak seperti dulu lagi. aku sekarang ini bingung, harus berkeluh kesah kepada siapa. aku sekarang ini bingung mau ngapain dan apa yang aku perbuat disini. aku sekarang ini bingung harus berkumpul bersama siapa, apakah mereka yang sekomplotan acara, ataukan mereka yang sekomplotan konsumsi. apakah rasa dendamku pada ifa terlihat sangat jelas? apakah ifa sama dengan seseorang dimasa lalu yang tidak kuingan siapa juga dia.
aku sekarang sangat bingung dan akhirnya hanya menghela napas panjang. berharap ada yang menggantikanku, berharap aku tidak ada disini. berharap yang semu.
lalu dengan ini semua, apakah aku hanya tertekan atau tidak bisa terbiasa bercengkerama. otakku pun masih berkecamuk. mataku hanya menginginkan untuk mengeluarkan peluh.
antara peluh kekecewaan dan peluh ketidaksabaran. tidak ada yang bisa membedakan keduanya.
aku disini, seperti bukan siapa-siapa tapi mereka bertanya padaku.
what should i do?
disamping egoku yang tinggi, dengan segala hal yang tidak sinkron seperti ini, aku hanya bisa menemukan satu jawaban.
menghela napas dan tertidur.

day 15
mimpi yang indah adalah solusi. ya meskipun tidak ada yang memberi perhatian tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang sebenarnya ingin dibantu, kurasa mimpi adalah satu-satu jawaban. dimana prinsip pertama yang selalu terpatri dalam sanubari yakni dikongkon baru kelakon. tak ada kewajiban dan tanggung jawab untuk melakukan, ya tidak bakal dilakukan daripada mengambil jatah tugas orang lain. mungkin saat ini aku hanya menahan diri seperti sebelumnya. dimana aku terlalu ketat menerapkan peraturan dan akhirnya aku menyerah karena itu bukan tugasku.
semua mulut pun berkata sudah tak tahan disini, yah meskipun begitu didepan para tetua pun dia menyanggupi, dibelakangnya, sudah tahu lah bakal bagaimana.
ah yasudah aku tak mau berpikir panjang. toh aku tidak menemukan jalan keluarnya.
mungkin ini bukan hanya sekedar perasaanku yang terlalu kecewa. disuatu waktu aku bahagia, disuatu waktu yang lain aku murung dan tak ingin berkumpul gembira.
diumur hampir kepala dua, aku masih labil, begitu?
ah yasudah, mau bagaimana haha

day 16
mungkin cukup banyak kejadian bersama, maka dari itu juga jarang menulis drama dalam naskah.
alhamdulillah aku bisa berbaur bersama, meski hanya sehari saja.

day 17
hari ini sama saja seperti biasanya, berangkat mengajar dengan terlambat, anak-anak yang tidak bisa dikondisikan suasananya dan segala hal yang membuat kepalaku berputar tak terhingga.
aku hanya bisa, tersenyum.
beban mental karena suara tak dihiraukan adalah hal yang cukup membelenggu hati dan pikiran. tidak seperti biasanya dimana lingkungan di sekitar yang ketika aku berbicara, mereka mendengarkan. disini tidak, berbicara malah dijawab terus tanpa henti. apalagi suara serak tenggorokan yang menyiksa menambah derita.
aku batuk bukan karena apa-apa. tapi diserang bakteri yang mengalir dalam pancuran keran. sudah 3 hari aku minum air keran, dan hari keempatnya aku batuk, serak, tenggorokan gatal yang benar-benar mengganggu. mungkin memang satu-satunya jalan adalah aku minum dengan air aqua asli yang kubeli dari toko sebelah.
pengabdian disini berat rasanya tidak mendapat air yang sepadan.
padahal disini adalah lereng gunung kawi.

ص-

Komentar