8.9

saya punya teman namanya mas hafid kenal dari zenius dulu. dia ini cerdasnya ga ketulungan, sering bantu saya ngerjain tugas mtk dulu. dia sekarang jurusan matematika murni ugm smt 3 sama kaya saya padahal umurnya sudah 23 tahun, dimana umur segitu biasanya sudah mulai ngurus skripsi, atau buat mas hafid sendiri mungkin uda mau diwisuda.

dia ga peduli kata orang, uda tua masih aja semester segini. tapi dibalik itu semua, mas hafid pernah diterima masuk ui dan itb.

setelah dia lulus SMA, dia dapat SNMPTN di UI, SBMPTN di UPI, tapi ga diambil. dia milih buat gapyear.
tahun keduanya setelah lulus SMA, dia kembali SBMPTN di ITB, tapi gadiambil. dia milih buat gapyear.
sampai pada tahun ketiganya, yang setara dengan saya yang baru lulus SMA, dia akhirnya masuk ke jurusan yang dia pengen, matematika murni UGM.

sekarang ini jadi seangkatan sama saya, tapi kalo dibandingin sama dia, jelas saya bukan siapa-siapa.

pernah mas hafid bilang gini, "saya bukan siapa-siapa dek, kalau kamu berani kaya saya, impianmu juga pasti bisa kamu raih kok. tapi kamu tetap aja pasrah takut untuk melangkah, makanya kamu sekarang masih berada di titik ini"

saya pernah tanya mas hafid, kenapa gaikut jalur mandiri. jalur mandiri tak punya nilai, itu hanya jalan pintas dari keputusasaan, katanya.

saya sudah ikut SBMPTN 2 kali, saya sadar, saya ga terlalu becus ngerjainnya, saya malah sering ketiduran karenanya. maka dari itu, saya sadar sekali. saya hanya punya niat, tidak pernah punya tekad.

saya ditantang sama mas hafid buat ikut SBMPTN lagi tahun depan. saya jawab, saya harus selesaikan yang saya ambil dulu. urusan untuk mengejar keinginan, masih ada beribu cara yang lain selain SBMPTN.

saat saya dikampus ini pun, saya sebenarnya sudah mempunyai niat untuk menggapai apa yang ingin saya gapai. tapi tentu saja, hal itu hanya sebatas niat tanpa tekad, sekaligus gengsi saya yang terlalu tinggi.

mas hafid pernah saya tanya juga mengenai ego dan gengsi. jawabnya, tidak usah memperdulikan ego dan gengsi, yang paling penting adalah fokus pada tujuan utama, jangan sampai target menjadi samar dan akhirnya memutuskan untuk menyerah.

keinginan adalah ego. manusia tidak akan ada yang tidak punya ego dan gengsi. percuma memikirkan perkataan orang lain. toh ketika kamu bukan siapa-siapa, mereka tidak peduli. ketika kamu menjadi seseorang, mereka tidak peduli. dan ketika kamu jatuh pun, mereka tidak peduli.

yang hanya bisa kamu percayai adalah dirimu sendiri.

yang bisa kamu hargai adalah dirimu sendiri.

menutup telinga memang egois, tapi mendengarkan mereka yang menyiyir malah membuatmu jatuh dan ragu untuk bangkit.

saya tidak bisa seperti dia, saya terlalu naif.

Komentar