K E P E R C A Y A A N


semenjak saya tk, saya selalu punya komplotan, dan saya selalu menjadi bosnya. urusan berantem dengan cowo pun saya ladeni, karena mengganggu teman sekomplotan saya sampai kita semua menginjak sd.

saat kelas 5 sd, saya terlambat menyadari, teman sekomplotan saya ternyata memanfaatkan saya sebagai tamengnya. hal ini saya dengar dari pemerhati, dan ketika dibuktikan memang benar adanya.
semenjak saat itu saya tetap bersahabat dengan mereka, namun ketika saya tidak membela, mereka meninggalkan saya satu per satu.

begitu masuk smp, saya memasuki lingkungan baru. semua teman yang dulu sekomplotan masuk ke smp negeri, sedang saya swasta. tidak apa, ambil hikmah saja.
dan saya kembali mempunyai komplotan di smp, dengan hal yang sama, mereka ingin saya menjadi tamengnya dan orang sekunder.

saya terima, saya tetap bahagia dengan mereka, namun memilih mundur dan mendekati guru, insting saya saat itu, jika saya tidak mendapat kebahagiaan sejati dengan teman, saya akan mencari kebahagiaan seumur hidup lewat akademik.

tiga tahun saya ranking 1 dan mendapat posisi nomor 4 se sekolah. tentu saja hal itu menimbulkan suasana canggung dan iri.
kemudian saya nekad untuk mendaftar di sma negeri, dan akhirnya saya diterima. bercukulah dengki semakin dalam dibenak-benak mereka.

saat saya sma, saya tidak pernah bertemu dengan teman sekomplotan tk, sd, atau smp. memang ada, bisa dihitung jari bahkan.

saya punya banyak teman dan kenalan, tapi saya tidak pernah bisa meletakkan kepercayaan kepada mereka, mungkin sebab itulah dari dalam hanya orang yang benar-benar kekeuh untuk bersahabat dengan saya hingga kelak.

saat saya sma pun demikian, saya juga mempunyai komplotan paling dramatis. namun hingga sekarang, waktu yang telah menunjukkan bahwa manusia pasti akan berubah. mereka meninggalkan saya satu per satu, berpikir saya sudah mempunyai teman baru dan lupa akan masa lalu. tidak, saya tidak pernah bisa melupakan masa lalu. tidak akan.

ketika berumur 17 tahun, saya masuk kuliah. suasana kuliah di semester pertama hampir seperti sma. namun semua berubah saat semester selanjutnya, kita semua punya jalan sendiri. saya di kampus juga memiliki banyak teman, namun hal yang saya percaya hingga sekarang adalah insting saya.

semester demi semester saya lewati, IPK naik tiada henti memdekati sempurna. proposal lancar, skripsi pun lancar, saya banyak kenal dosen, sering pula bertukar pendapat. jalan saya mulus walaupun tanpa kebahagiaan mempunyai teman sejati.

--

to all my friends i’ve lost this 2018,

i love you all even though we no longer talk and sorry because i’m probably the reason why we stopped being friends, and know that i still care

hope you have a lot of good friends now.

Komentar