HA-HAH

Mungkin sekarang, aku masih berpikir kenapa aku mempunyai hidup seperti ini. Segalanya baik-baik saja tapi kenapa berakhir seperti ini. Apa ini akhir atau hanya permulaan saja?

Sejak aku sekolah di Taman Kanak-Kanan hingga Sekolah Menengah Atas, tidak sekalipun aku menjalani hidup normal seperti orang kebanyakan. Setiap masalah yang datang, selalu terselesaikan pada akhirnya. Sedang aku, hanya menanti agar masalah itu selesai. Bukan karena aku tidak mau menyelesaikan, tapi setiap aku turun tangan justru malah semakin rumit. Aku mencoba memahami dan akhirnya mengalah, berharap karma muncul. Tapi kenapa itu tidak pernah terjadi. Apakah Tuhan hanya memberikan kenikmatan dunia pada mereka yang busuk?

2014, 27 Mei
Setiap saat selalu teringat tanggal ini. Ya, waktu itu pertama kalinya aku dihianati teman sendiri secara blak-blakan. Yang dulunya sportif unggul-unggulan dalam pelajaran, lama-kelamaan main curang. Entah dia lelah berkompetisi denganku atau ada alasan lain. Apalagi rasa tidak sukanya padaku disebarkan di sosial media. Sesekolah bahkan guru pun tau. Dan tentu saja aku hanya diam tidak terlalu peduli dengan fitnah dan bualan tidak bermutu dari mulutnya yang kotor. Bisa-bisanya bocah Sekolah Menengah Pertama bertindak begitu bodoh dan tolol.

Tapi bagaimanapun, aku juga punya hati. Aku bisa saja tidak menggubris hal itu, tapi aku tidak bisa menyembunyikan dari hati kecilku. Saat aku terdiam merenung atau dalam keadaan sendiri. Bayang-bayang masa lalu selalu beradu satu sama lain membuatku goyah dan ingin menangis. Kadang yang lebih menyedihkan, tiba-tiba menangis tanpa sebab.

Bulan Mei dekat dengan Ujian Nasional tentunya. Aku juga tidak terlalu peduli apakah aku harus membantunya atau tidak. Bagiku, seseorang yang pernah menggoreskan luka lalu dengan tidak tahu dirinya tiba-tiba mendekat minta pertolongan bisa saja aku tendang, tapi aku hanya bisa tersenyum sambil mengutuk dalam hati.

2016, 28 September
Kadang aku ingin tertawa lepas, bebas, tanpa beban lalu tiba-tiba menangis tanpa sebab. Dan kau tahu kenapa? Aku sudah melakukannya. Orang lain bahkan sempat mengira aku orang gila tapi mereka tentu tidak tahu kenyataannya. Untuk kesekian kalinya aku bersekolah di masa putih abu-abu ini, aku merasa tidak digubris. Sebelum-sebelumnya kalau ada acara apapun, pendapatku didengarkan. Tapi ini lain, benar-benar lain. Atau aku hanya merasa ingin lebih pada seseorang yang tidak mampu. Berkali-kali aku memberi ide, berkali-kali aku hanya di-iya dan dibiarkan. Kadang aku berpikir, lebih enak kalau tidak melakukan apa-apa bukan? Hanya menerima hasil jadi tanpa susah payah berpikir, tapi aku tidak mau seperti itu. Untuk saat ini, aku ingin lebih dari itu. Masa abu-abuku tidak terulang dua kali bukan?

Masa abu-abuku benar-benar berwarna sekaligus bernoda. Mulai dari teman sekelas yang mulai gengsterisasi, pilih-pilih teman, friend with benefit, ada di saat suka tapi acuh di saat duka, sahabat penghianat, teman yang menusuk dari belakang, bahkan ini terulang kejadian 2 tahun yang lalu. Reputasi dan harga diriku mulai goyah lagi. Bualan, gunjingan, kata-kata busuk dan kotor, kata-kata menusuk hati, entah itu secara langsung atau tidak langsung menerkam hati dan pikiranku.

Haii, aku juga punya hati yang bisa menangis. Apa kalian tidak punya hati?
Haii, aku juga punya dendam. Apa kalian jika diperlakukan seperti itu tidak dendam?
Haii, aku punya otak untuk berpikir. Apa kalian tidak berpikir sebelum bicara tolol seperti itu?
Bisakah kita berdiri bersama-sama bukan saling tunjuk siapa yang menopangnya?

Disela-sela sibuknya kelas 3 ini, setiap minggu aku selalu membuka diariku. Membaca dari depan kebelakang, mengulang-ulang kejadian, tertawa ketika aku menulis hal konyol, hampir menangis ketika aku menulis hal-hal yang menyakitkan hati. Setidaknya, hal itu bisa kugunakan untuk bahan bakar hatiku untuk meyakinkan, aku sudah melalui berbagai masalah tapi aku masih baik-baik saja hingga hari ini.

Kadang aku berpikir, aku ingin membuat hatiku keras. Tidak ada rasa dan perasaan, tidak ada rasa sakit, tidak ada rasa gembira, tidak ada rasa cinta dan kasih sayang. Karena hal itulah, aku bisa menghadapi semuanya. Menanti agar ini semua segera berakhir dan melihat kedepan.

Masaku masih panjang. Umurku masih muda. Masih banyak yang harus aku pelajari. Aku tidak akan menyerah dengan ini. Meskipun sulit, meskipun ingin hasil instan agar dia membungkam mulutnya atau bahkan ingin membunuhnya, hei.. Aku juga manusia yang punya hati. Nanti saja saat semua bagian hati sudah tersakiti, tuntaskan saja semua.

Ingin sekali mendengar teriakan dan isakan dari mulut mereka yang biadab. Mulut mereka yang tidak punya tata krama. Mulut mereka yang busuk dan tidak berguna. Ingin rasanya memotong sedikit demi sedikit lidah mereka, merasakan darah yang mengucur deras dimulutnya. Ingin rasanya menyayat perut mereka seperti mereka menyayat hatiku dari dalam.

Saat nafsu itu datang, ya! Aku akan membuat pertunjukan yang seru.

2016, Oktober 04
Mungkin saat ini aku masih berpikir dan terus saja berpikir, mencoba memahami suatu hal kecil yang bodoh. Kau tahu itu apa? TEMAN.

Beberapa tulisanku sebelum ini merasakan bersyukur tentang temanku yang sedikit tapi menorehkan kegembiraan yang luar biasa. Meskipun sederhana, lebih dari apapun. Dan apa yang terjadi selanjutnya? Madu bisa saja jadi racun.

Apa aku terlalu bodoh untuk percaya pada bualan pertemanan seperti di film dan layar lebar?

Hidup ini tidak adil. Semudah itu tergantikan. Semudah itu melupakan. Semudah itu menjauh dan merasa tidak saling mengenal.

Komentar