Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

final chapter

bismillah, assalamualaikum. setelah aku pikir lama sendirian, tanpa intervensi dari manapun. aku mengambil kesimpulan. ternyata cara agar lepas dari perempuan itu, adalah menjauhi kamu, suamiku. kamu tau seberapa benci aku sama dia, dan seberapa aku ga rela aku punya masalah atau hubungan sama dia, tapi kamu ga peduli dengan itu semua. kamu sudah menghancurkan harga diriku, rasa malu, menghancurkan mimpiku, mimpi anak-anakku, menjadi laki-laki hina yang sampai sujud dihadapan orang lain karena kesalahanmu sendiri. aku ingin bahagia, sampai itu menyakiti dan mengusik dia, ternyata kamu yang menarik dia masuk ke kehidupan kita. aku tegaskan lagi, satu-satunya cara agar aku menjauh dari perempuan itu, adalah menjauhi kamu . karena kamu belum selesai dengan dia, selamanya gabakal selesai. dan aku gamau ikut lagi sama ceritamu. babku di cerita ini sudah selesai. mungkin kamu udah lupa, jadi aku ingatkan lagi. aku selalu bilang ke kamu takut dengan cobaan harta tahta wanita. dan aku sangat g...

Aku, Luka, dan Sebuah Kejujuran yang Terlambat

Gambar
Di suatu malam yang sunyi, suamiku akhirnya mengakui sebuah kebenaran yang selama ini ia sembunyikan. Sebuah kebenaran pahit yang tak pernah aku duga — bahwa ia menjalin komunikasi dengan seorang perempuan dari masa lalunya. Seorang perempuan yang, dulu, pernah menghancurkan hatiku… dan kini datang lagi, menghancurkan pernikahanku. Yang lebih menyesakkan, ia tak hanya berbicara. Ia mengirimkan uang — dua juta rupiah — atas permintaan perempuan itu. Perempuan yang bahkan telah memiliki pasangan lain. Semua itu ia lakukan diam-diam, sembari berkata padaku bahwa ia lelah, ingin cepat pulang, ingin istirahat. Padahal aku, istrinya, tengah hamil dan menantinya di tanah perantauan. Ia memilih menghindar dari tanggung jawabnya sebagai suami, sebagai calon ayah, sebagai lelaki yang dulu aku percaya. Setelah semua terbongkar, aku gemetar. Hatiku koyak. Aku menangis seharian, kehilangan arah, tidak bisa fokus bekerja. Rasanya seperti seluruh harga diriku diinjak-injak. Bukan hanya karena uang, b...

pantaskah?

aku hamil dan suamiku suka bercanda dengan perempuan lain. aku tidak mempermasalahkannya, asal keduanya tahu batasan. tiba-tiba hari ini, ketika aku dan suamiku makan mi ayam di pinggir jalan, setelah aku tes lab kehamilan sampai habis 1jt lebih, aku mendapati suamiku menghapus chat di ruang obrolan dengan teman perempuannya. kalau memang tidak penting, kenapa dihapus? aku tidak mau mempermasalahkannya, tapi apa alasannya melakukan seperti itu? berarti dia selama ini bersikap seperti itu? disaat aku sudah percaya dia sepenuhnya? pikiranku terus menerus memikirkan hal ini. “bukankah jika tidak penting, tidak perlu untuk dihapus?” aku jadi teringat, tiap kali kita LDR dan bertemu, banyak ruang obrolannya yang sepi. apa mungkin beberapa chat sudah dihapus? aku meminta untuk dikirimkan screenshoot dari obrolan teman perempuannya itu, suamiku malah mengamuk. rela bertengkar denganku, istrinya, demi menutupi obrolan yang dihapus. aku rasa itu sudah tidak wajar bukan? aku diam saja. percuma j...

JAGA DIRI, JAGA KESEHATAN DIRI

Gambar
  Kamu nggak salah karena merasa kesal. Perasaan itu sah, apalagi di situasi hamil yang secara fisik dan emosional memang lebih menuntut. Tapi… Yang bisa dikoreksi mungkin adalah cara kamu menanggapi. Saat kamu memilih diam dan ketus, mungkin itu bikin rekan kerja kamu bingung atau salah paham. Mereka mungkin gak sadar kamu sedang kecewa atau butuh didengar—apalagi kalau sebelumnya kamu tipe yang gak terlalu sering mengekspresikan emosi secara terbuka. Kenapa ini penting? Di lingkungan kerja, komunikasi itu penting buat menjaga profesionalitas, meskipun kamu sedang dalam masa rentan kayak sekarang. Kalau kamu pendam terus, itu bisa bikin kamu makin stres, padahal stres saat hamil sebaiknya dihindari. Saran realistik: Kalau kamu merasa bisa, ungkapkan dengan tenang dan tegas ke rekan kerja yang kamu maksud. Misalnya: “Tadi aku sebenarnya pengen didengar waktu ngomong soal itu. Aku ngerti semua orang sibuk, tapi aku harap lain kali bisa lebih saling menghargai.” ...

27 Mei ya Arun

 heii.. aku gaakan bikin tulisan panjang-panjang tentang ini. aku uda nikah, dan aku sudah hamil hehe tapi masih hamil muda. mungkin taun depan baru lahiran.  aku kangen banget ngerjain novel meredith ini, cuman belum kesampaian waktunya, entah aku emang bosen dan gapengen ngelanjutin. atau memang aku males aja huhu. novel meredith kemarin belum sepenuhnya kelar. ntahla, makin tahun, aku baca cerita itu makin membosankan. genrenya memang fantasy tapi apa pemikiranku sudah mulai menua ya, aku ngerasa ga relate dengan semua hal yang aku lakuin dulu. demi apa, aku cuma pengen ketenangan. ngopi sebelah pantai, sambil sesekali menyelam ketemu ikan-ikan. aku cuma pengen itu. tapi ya tentu saja kehidupan tidak akan seperti yang kita inginkan. seringkali malah menjauhkan diri dari zona nyaman. hei aku uda dewasa ya, aku bakal sedikit demi sedikit melupakan hayalanku haha. aku juga gatau apa ini suratku terakhir padamu, Arun. aku ternyata sudah dewasa. dan kamu masih berumur 20th. hehe...